Sabtu, 21 Januari 2017



Pangeran dari mimpi

            “Aura bangunnn.” Begitulah teriakan mama setiap pagi. Terdengar ke seantero kamar tidur gadis itu.
            Gadis itu terhenyak. Ia langsung bangun dari posisi tidurnya. “Hah, ada apa Ma? Ada cowok tampan itu ya. Di mana Ma,” ucapnya sambil mengitarkan pandangannya ke seisi ruangan.
            Mama membuka mulutnya. Bersiap-siap memberikan ceramah pagi. “Kamu ini, bangun. Kok malah cariin cowok. Ayo, cepat bangun. Sudah jam berapa sekarang. Kamu selalu aja telat.” Lagi-lagi perempuan itu terpaksa mengomel.
            Dengan tingkah polosnya, remaja itu malah mengambil jam weker berbentuk gitar yang ada di meja kecil sebelah tempat tidurnya. Ia mengerjapkan mata. “Wah sudah jam enam ya. Aku telat lagi dong.” Ia mendesah. Merasa bersalah. “Tapi Ma, beneran deh. Semalam aku sudah atur alarm jam lima pagi kok. Pasti ini karena aku mimpi cowok itu.” Gadis itu bercerita panjang lebar.
            Mama menggelengkan kepala. Ia lelah berhadapan dengan kelakuan anak gadisnya itu. “Kamu, sukanya ngeles terus seperti bajaj. Mimpi kok jadi alasan,” jawabnya kesal.
            “Tapi Ma, beneran deh,” balas Aura masih bersikeras bahwa ia tidak bohong. Ia menatap mata mama.
            Mama berkacak pinggang. “Auraaaa.”
            “I…iya Ma.” Gadis itu tersentak. Ia bangkit dari kasurnya, lalu melangkah secepat kilat menuju kamar mandi.

v   

            Matahari mengumpat malu. Bersembunyi di balik awan yang bergelantungan di langit pagi. Udara dingin mulai berhembus pelan. Perlahan rintik gerimis membasahi bumi.
            Aura mempercepat langkahnya. Seragam yang ia kenakan terasa dingin karena gerimis kecil tersebut. Sudah lama gadis itu berjalan, namun entah kenapa ia belum juga sampai. Padahal jarak rumah dan sekolah cukup dekat.
            Gadis itu berjalan pelan. “Seandaikan ini adalah drama Korea. Mungkin disaat gerimis seperti ini, akan ada seorang cowok tampan yang datang menghampiriku dengan payung. Oh, oppa,” gumamnya dengan wajah mengadah menatap langit.
            Tiba-tiba suara motor terdengar dari belakang gadis itu. Sebuah motor besar lewat di sampingnya. Tanpa sengaja mencipratkan genangan air di jalan itu.
            “Hei, hati-hati,” bentak Aura. Ia terus memerhatikan pengendara yang juga masuk ke sekolahnya. Memang ia tidak dapat melihat betul wajah cowok itu, ia hanya melihat gayanya yang sok cool dengan earphone merah di telinganya. Yang pasti adalah sekarang seragam putihnya kotor.
            Aura mendengus kesal. Ia bergegas masuk ke dalam kelasnya. Seperti biasa, di sana sudah ada sahabatnya yang sudah menunggu kedatangannya.
            “Hei, pagi Ra,” sapa cewek berambut ikal itu.
            “Pagi Mi,” balas Aura. Ia menaruh tasnya di bangku. Wajahnya masih masam.
            “Kamu kenapa kesal gitu?” tanya sahabatnya.
            “Ada sesuatu yang buat aku bt banget. Kamu sendiri kenapa tersenyum gitu?” Aura menaikkan sebelah alisnya.
            “Di SMA kita nanti akan kedatangan murid baru yang tampan. Dengar-dengar sih mirip aktor Korea,” ucap gadis itu, bersemangat.
            “Apa? Korea, oppa. Ya ampun semalam aku mimpi bertemu pangeran. Aku sih nggak ingat wajahnya seperti apa, yang pasti style dan bentuk tubuhnya mirip sama Lee Min Hoo.” Aura bercerita dengan mata berbinar.
            Are you serious? Wah pangeran dari mimpi dong,” ceplos cewek itu.
            “Tapi sayang gara-gara dia, aku jadi telat bangun. Mama marah lagi karena aku telat. Tadi juga di jalan gerimis, bukannya seperti drama Korea, malah aku terkena cipratan air kotor sama motor cowok.” Aura menggerutu kesal. “Sudah masuk, nanti kita sambung lagi Naomi.”

v   

            Bel sekolah berbunyi. Pertanda waktu pulang. Satu persatu siswa keluar dari kelas. Seperti biasa, Naomi dan Aura berpisah di depan kelas.
            “Sampai jumpa besok,” ucap Naomi, lalu berjalan dengan semangat.
            Gadis berambut lurus itu kemudian berbalik. Untuk ke sekian kalinya ia pulang sendiri. Begitu memang nasib jomblo. Baru saja beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menyenggolnya.
            Bug.
            “Aduh,” ucap Aura pelan. Gadis itu dan bukunya terjatuh.
            Sorry, kamu nggak kenapa-kenapa kan?” tanya cowok yang berdiri di hadapan gadis itu. Ia mengulurkan tangan.
            Perlahan Aura mengangkat wajahnya. Matanya terpaku menatap cowok di hadapannya saat ini. “Oh ya, aku nggak apa kok.” Aura bergegas berdiri. Rasanya ia mengenal cowok itu. Seperti pernah bertemu. Cowok itu seperti…. “Lee Min Hoo,” ucapnya dalam hati.
            “Maaf ya soal barusan,” ucap cowok tampan itu.
            “Iya. Hmm, kamu anak baru ya? Aku nggak pernah melihat kamu sebelumnya,” tanya gadis itu.
            “Aku anak baru di SMA ini. Aku di kelas 2 IPS. Namaku Rafa, nama kamu?” tanya cowok dengan gaya ala Korea. Ia tersenyum kepada cewek itu.
            Melihat senyum itu, membuat Aura ikut tersenyum. Ada perasaan aneh di hatinya. “Aku Aura.”
            “Oke kalau begitu, sebagai tanda maaf, kamu aku antar pulang ya,” ajak Rafa.
            Bukannya menolak, entah kenapa ia malah mengangguk, pertanda setuju.
            Kedua remaja itu berjalan menuju tempat parkir motor. Cowok berwajah Korea tersebut menaiki motor besar miliknya.
            Aura terdiam. Ia menggelengkan kepala. “Jadi kamu yang tadi pagi cipratin air kotor ke aku.”
            Rafa mengerutkan kening. “Ah sebentar, ya aku ingat tadi pagi aku memang melewati genangan air. Oh jadi itu terkena kamu. Wah, aku minta maaf ya.” Cowok dengan jaket bulu ala Korea itu merasa bersalah.
            Cewek berambut lurus itu mendesah. “Hmm, baiklah,” jawabnya. Ia mengalah.
            “Ayo Aura, cepat naik,” perintah Rafa.
            Langit mulai terlihat gelap. Gerimis kecil berjatuhan dan angin yang terasa menusuk tulang berhembus. Sepertinya hujan lebat akan terjadi.
            Tidak ada pilihan lain, ia akhirnya ikut naik motor Rafa.
            Cowok itu pun melajukan mogenya. Hati Rafa berdebar lebih kencang. “Rasanya ia seperti…. Putri mimpiku.” Rafa berucap dalam hati.
            Angin di luar bukan hanya menyejukkan kulit, tapi juga menyejukkan hati. Berada dekat dengan cowok itu sangat nyaman. Bukan hanya pertemuan tadi pagi saja, rasanya ia seperti… pangeran mimpiku. Mungkinkah?

v   

            Tempat yang indah sekali. Rerumputan hijau tumbuh di permukaan tanah. Bunga-bunga bermekaran di sekeliling. Terlihat penuh warna dan memanjakan mata. Di salah satu sisi terdapat jalan setapak yang langsung mengarah kepada sepasang ayunan berwarna putih di sana. Sungguh, benar-benar taman yang cantik.
            Aura, gadis itu mendekat. Ia masih terpaku menatap keindahan seperti negeri dongeng. Ia juga mengenakan gaun berwarna putih dan sepatu kaca. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menarik lengannya. Mengajaknya berlari kecil di sekitar taman. Dengan cerianya ia pun ikut berlari di sisi cowok tersebut. Cowok dengan jas putih yang ia kenakan. Memiliki postur tubuh seperti Lee Min Hoo. Ya, dialah pangeran dari mimpi.
            Gadis berambut lurus itu selalu tersenyum jika mengingat tentang mimpi itu beberapa malam ini. Akankah pangeran itu muncul dalam dunia nyata? Mungkinkah ia adalah… Rafa, murid baru itu? Ah, rasanya bukan. Aura menggeleng, melupakan khayalannya sejenak.
            Aura melangkah penuh semangat. Ia tidak sabar ingin secepatnya menceritakan semua tentang mimpinya, juga tentang Rafa pada Naomi, sahabatnya. Ia terus berjalan, melewati lorong kelas, lalu berbelok menuju ruang kelasnya. Namun tiba-tiba gadis itu mematung, langkah kakinya terhenti.
            “Naomi, Rafa,” ucapnya pelan.
            Naomi dan Rafa, kedua remaja itu sedang berbincang di luar kelas. Dengan santai mereka bercerita. Sesekali Naomi tertawa lepas di hadapan cowok itu. Wajah Naomi terlihat sangat bahagia saat itu. Melihat interaksi antara Naomi dan Rafa, rasanya mungkin mereka sudah mengenal sejak lama.
            Melihat mereka dengan wajah bahagia, membuat Aura terpukul. Entah kenapa, hatinya terasa sakit. Kebahagiaan Aura untuk menceritakan semua tentang Rafa lenyap. “Jangan-jangan Naomi…” gumamnya
            Gadis berambut ikal itu menengok. Menatap Aura bingung. Sahabatnya hanya berdiri tanpa menyapa. “Hai, Aura,” panggil Naomi.
            Aura terkejut. Ia melangkah mundur. Berbalik badan, lalu pergi menjauh dari mereka.
            “Lho, Aura kenapa ya?” ucap Naomi dengan wajah bingung. Tak mengerti dengan sikap temannya.

v   

            Suara bel sudah terdengar. Semua murid beristirahat. Ada yang ke kantin mengisi perut yang terasa lapar, ada juga yang duduk di taman sambil berbincang bersama teman.
            Aura bergegas keluar kelas. Ia berjalan seorang diri, berlalu begitu saja meninggalkan sahabatnya, Naomi.
            Naomi mengikuti temannya itu pergi. Ia pun ikut berhenti ketika Aura berhenti. Aura mendudukkan tubuhnya di bangku taman.
            Gadis berambut ikal itu mendudukkan tubuhnya tepat di samping Aura. “Ra, kamu kenapa sih? Dari awal masuk kamu menjauh terus dari aku.”
            Aura tidak menjawab. Ia terus diam seribu bahasa. Wajahnya masih cemberut.
            “Oiya aku mau mengenalkan kamu kepada cowok. Namanya Rafa,” ucap Naomi.
            Mendengar nama Rafa, Aura menoleh. “Aku sudah tahu. Kamu suka kan sama Rafa.” Nada suara Aura terdengar kesal.
            Naomi menaikkan sebelah alisnya. “Kamu kenapa Ra?” tanyanya bingung. Ia memutar matanya. “Hmm sebentar-sebentar, kamu sudah kenal Rafa ya? Kamu cemburu ya?” tebak Naomi.
            “Cemburu? Nggak mungkin,” jawabnya, menutupi perasaannya.
            “Sudah nggak usah malu begitu. Kamu suka kan sama Rafa,” ledek Naomi. “Kamu tenang aja, Rafa itu sepupu aku. Aku juga kaget tadi pagi ternyata dia ada di sekolah dan ternyata Rafa adalah murid baru itu,” jelasnya.
            “Benarkah?” tanya Aura lagi. Senyumnya mengembang.
            Naomi tersenyum. “Iya serius. Aku juga sudah cerita kepada Rafa soal mimpimu tentang pangeran Korea itu. Mungkin pangeran itu adalah Rafa.”
            “Naomiii,” teriak Aura. Ia mencemberutkan bibirnya.
            “Iya, Naomi sudah cerita semuanya. Jadi benarkah kamu bermimpi tentang cowok ala Korea dan dia mirip aku?” Tiba-tiba Rafa sudah berdiri di samping Aura.
            Aura masih diam. Wajahnya menunduk. Ia merasa malu pada cowok yang kini berdiri di dekatnya.
            Rafa menarik napas. Ia menerbitkan senyum. “Nggak apa kok Aura. Kalau begitu berarti selama ini kamu adalah putri mimpiku,” ucap cowok itu.
            Aura menatap mata Rafa. “Hah, maksudnya?” Ia tampak tidak mengerti.
            Rafa tertawa kecil. “Jadi selama ini aku juga bermimpi bertemu seorang putri yang mirip dengan kamu. Kalau begitu, kamu adalah putri mimpiku,” jelas Rafa.
            Jantung Aura semakin berdetak kencang. Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta. “Benarkah oppa?” tanya Aura. Ia masih tidak percaya dengan semua ini. Bagaikan mimpi.
            “Iya Aura, kamu putri mimpiku, dan aku adalah pangeran mimpimu,” jawab Rafa. Iamenatap mata gadis cantik itu.
            “Ehem, udah moment nembaknya nanti aja. Aku lapar nih,” ucap Naomi. Membuyarkan moment mereka.
            “Iya Naomiii,” jawab Rafa dan Aura bersamaan.
            Mereka bertiga akhirnya berbalik, dan melangkah meninggalkan taman sekolah.

1 komentar: