Nyawaku
serta napasku karena mama
Mama,
aku selalu berlari kepadanya setiap ada masalah menghantamku. Buatku mama bukan
hanya sebagai orangtua, tetapi juga merupakan teman curhat yang siap menemaniku
baik saat senang ataupun sedih. Mama adalah nyawa untukku. Tanpa mama aku tak
bisa apa-apa.
Beberapa
kenangan manis terukir indah mengiringi setiap langkah hingga aku dewasa
seperti sekarang. Aku masih ingat belasan tahun lalu, di kala itu usiaku masih
enam tahun. Aku mendapat julukan sebagai anak mama. Jujur saja aku memang tidak
pernah bisa lepas dari mama. Sewaktu tidur contohnya, setiap kali hendak tidur,
aku selalu ingin tidur di samping mama. Walaupun saat itu posisiku sudah
menjadi seorang kakak dan pasti adikku lebih membutuhkan mama. Tetap saja aku
selalu ingin di sebelah mama bukan bapak. Namun aku tidak pernah kehabisan
akal, aku melakukan beberapa cara agar aku tetap bersama mama. Bahkan merengek
sekalipun aku lakukan agar aku tidur di samping mama. “Aku nggak bisa tidur
kalau nggak di samping mama.” Begitulah kataku setiap malam menyapa.
Seiring
waktu berjalan, aku pun memasuki masa remaja. Aku baru saja duduk di bangku
SMP. Masa di mana biasanya sudah mulai berani pendekatan dengan lawan jenis.
Beberapa temanku sudah melepas status jomblo dan menjalani kisah kasih di
sekolah. Namun entah kenapa aku berbeda. Aku selalu mengingat ucapan mama agar
tidak boleh pacaran. Tentunya mama punya alasan mengapa aku belum dibolehkan
untuk sekedar merajut kasih ala cinta monyet. Kata mama, pacaran itu nggak
baik. Tugas seorang pelajar itu belajar menuntut ilmu serta menggapai
cita-cita.
Memasuki
masa perkuliahan, ketika logika, pemikiran kritis dan kemandirian terbentuk.
Banyak teman semasa sekolahku yang dahulu memegang teguh status jomblo sampai
halal katanya, kini mulai tertarik mengikuti gaya pacaran anak muda. Akhirnya
beberapa dari mereka menikah dan menjadi pasangan halal. Tetapi lagi-lagi aku
masih saja betah memegang predikat jomblo. Seolah ucapan mama selalu
terngiang-ngiang di telingaku. “Tugas seorang pelajar adalah belajar, dan tugas
mahasiswi juga sama bagaikan pelajar, yakni menuntut ilmu.” malah mama
memberiku target bahwa aku baru boleh memiliki pacar saat aku sudah lulus
kuliah, itupun dengan catatan supaya tidak terlalu lama pacaran. Alhasil,
setiap temanku terus saja mendorongku untuk cepat-cepat memiliki pacar, aku
hanya bisa berkata, “Biarlah, mungkin pangeranku sedang teka-teki mencariku.”
Mana
bisa aku melawan mama hanya karena gengsi kepada teman. Selama ini, hanya cinta
kasih mama yang tulus kepadaku. Seorang ibu yang rela susah payah demi lahirnya
seorang anak. Ibu yang rela menahan membawa perut yang kian lama semakin
membesar. Ibu juga yang ikhlas menahan sakit karena melahirkan seorang bayi
yang masih suci ke dunia ini. Dan ibu juga yang menyusui anaknya, membesarkan
anaknya dari setiap tetes air kasih sayang. Merawat dan membimbing seorang anak
dengan kesabaran hingga menjadi orang sukses kelak di masa depan. Aku sendiri
tak tega jika nantinya menyakiti hati mama. Mama, engkau adalah napasku serta
nyawaku untuk tetap hidup. Terimakasih mama, sudah mendidikku selama ini.
You’re my hero yesterday, now, tomorrow and forever. I love you mom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar