Rabu, 03 Januari 2018




 
Nyawaku serta napasku karena mama

                Mama, aku selalu berlari kepadanya setiap ada masalah menghantamku. Buatku mama bukan hanya sebagai orangtua, tetapi juga merupakan teman curhat yang siap menemaniku baik saat senang ataupun sedih. Mama adalah nyawa untukku. Tanpa mama aku tak bisa apa-apa.
            Beberapa kenangan manis terukir indah mengiringi setiap langkah hingga aku dewasa seperti sekarang. Aku masih ingat belasan tahun lalu, di kala itu usiaku masih enam tahun. Aku mendapat julukan sebagai anak mama. Jujur saja aku memang tidak pernah bisa lepas dari mama. Sewaktu tidur contohnya, setiap kali hendak tidur, aku selalu ingin tidur di samping mama. Walaupun saat itu posisiku sudah menjadi seorang kakak dan pasti adikku lebih membutuhkan mama. Tetap saja aku selalu ingin di sebelah mama bukan bapak. Namun aku tidak pernah kehabisan akal, aku melakukan beberapa cara agar aku tetap bersama mama. Bahkan merengek sekalipun aku lakukan agar aku tidur di samping mama. “Aku nggak bisa tidur kalau nggak di samping mama.” Begitulah kataku setiap malam menyapa.
 
Seiring waktu berjalan, aku pun memasuki masa remaja. Aku baru saja duduk di bangku SMP. Masa di mana biasanya sudah mulai berani pendekatan dengan lawan jenis. Beberapa temanku sudah melepas status jomblo dan menjalani kisah kasih di sekolah. Namun entah kenapa aku berbeda. Aku selalu mengingat ucapan mama agar tidak boleh pacaran. Tentunya mama punya alasan mengapa aku belum dibolehkan untuk sekedar merajut kasih ala cinta monyet. Kata mama, pacaran itu nggak baik. Tugas seorang pelajar itu belajar menuntut ilmu serta menggapai cita-cita.
            Memasuki masa perkuliahan, ketika logika, pemikiran kritis dan kemandirian terbentuk. Banyak teman semasa sekolahku yang dahulu memegang teguh status jomblo sampai halal katanya, kini mulai tertarik mengikuti gaya pacaran anak muda. Akhirnya beberapa dari mereka menikah dan menjadi pasangan halal. Tetapi lagi-lagi aku masih saja betah memegang predikat jomblo. Seolah ucapan mama selalu terngiang-ngiang di telingaku. “Tugas seorang pelajar adalah belajar, dan tugas mahasiswi juga sama bagaikan pelajar, yakni menuntut ilmu.” malah mama memberiku target bahwa aku baru boleh memiliki pacar saat aku sudah lulus kuliah, itupun dengan catatan supaya tidak terlalu lama pacaran. Alhasil, setiap temanku terus saja mendorongku untuk cepat-cepat memiliki pacar, aku hanya bisa berkata, “Biarlah, mungkin pangeranku sedang teka-teki mencariku.”
            Mana bisa aku melawan mama hanya karena gengsi kepada teman. Selama ini, hanya cinta kasih mama yang tulus kepadaku. Seorang ibu yang rela susah payah demi lahirnya seorang anak. Ibu yang rela menahan membawa perut yang kian lama semakin membesar. Ibu juga yang ikhlas menahan sakit karena melahirkan seorang bayi yang masih suci ke dunia ini. Dan ibu juga yang menyusui anaknya, membesarkan anaknya dari setiap tetes air kasih sayang. Merawat dan membimbing seorang anak dengan kesabaran hingga menjadi orang sukses kelak di masa depan. Aku sendiri tak tega jika nantinya menyakiti hati mama. Mama, engkau adalah napasku serta nyawaku untuk tetap hidup. Terimakasih mama, sudah mendidikku selama ini. You’re my hero yesterday, now, tomorrow and forever. I love you mom.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar