Jumat, 29 Desember 2017



Alam Indonesiaku

            Lingkungan merupakan segala sesuatu yang di dalamnya terdapat beberapa ekosistem. Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah ciptaan Allah tanpa adanya campur tangan manusia, contohnya air, sungai, hutan, gunung. Sedangkan lingkungan buatan diciptakan dengan campur tangan manusia.
            Alam Indonesia sangat kaya, hutan Indonesia dikenal dengan hutan hujan tropis. Hasil hutan sebagai salah satu potensi sumber daya alam adalah kayu. Terdapat kurang lebih 4 ribu jenis kayu dengan 267 jenis kayu bernilai ekonomi. Potensi sumber daya hutan di Indonesia mencapai 99, 6 juta hektar.
            Namun pada saat ini, begitu banyak kerusakan hutan yang disebabkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Penebangan liar, ekspansi kelapa sawit. Akibatnya, daerah Sumatra dan Kalimantan terjadi kebakaran hutan. Menurut peneliti Harvard, bahwa hampir 100.000 orang meninggal akibat kabut asap yang kerap melanda Provinsi Sumatra dan Kalimantan. Bahkan, asap tersebut terbawa angina muson hingga mencapai Negara tetangga, yaitu Singapore dan Malaysia.
            Lalu bagaimanakah tindakan kita? Bagaimana nasib generasi penerus kita? Sudahkah kita menyelamatkan kelestarian hutan Indonesia? Ayo, selamatkan kekayaan alam Indonesia, karena menanam satu pohon menyelamatkan satu jiwa.


Kurangnya tontonan mendidik untuk remaja
Oleh: Ine Dwi

            Mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata ‘remaja adalah masa labil’. Ya, ini karena remaja yaitu anak dengan usia 11-21 tahun. Masa-masa ini merupakan masa peralihan dari tahap anak menuju tahap yang lebih dewasa. Remaja bukan lagi anak-anak karena sudah mengalami baligh, namun mereka juga bukan orang dewasa karena tingkat emosi mereka masih sulit dikendalikan. Karena hal inilah para remaja perlu mendapat bimbingan dan penuntun ke hal yang positif.
            Umumnya remaja mengalami proses imitasi. Apa yang mereka lihat dan tertarik, maka mereka akan ikut melakukannya. Perilakunya macam-macam, mulai dari pakaian, sikap, sampai gaya hidup. Ini semua karena remaja melihat idola yang menjadi panutannya. Kemudian secara perlahan sikap imitasi tersebut muncul, sehingga para remaja mencerminkan dirinya seperti idola yang mereka sukai.
            Para remaja banyak tersihir dengan para idola melalui tontonan. Dari setiap acara yang ditampilkan mereka melihat lalu menyimpan memori tentang idolanya hingga akhirnya muncul rasa ingin tampil seperti idolanya agar terlihat menarik bagaikan selebritis tersebut.
            Mirisnya saat ini tontonan untuk para remaja masih banyak yang belum mendidik. Kebanyakan acara televisi seperti sinetron hanya menampilkan hura-hura, malah cenderung memperlihatkan adegan kekerasan dan sikap anak muda yang kurang sopan. Belum lagi unsur kebarat-baratan mulai dari pakaian, sampai gaya hidup. Style fashion yang terlalu membuka aurat hingga hidup bebas ala dunia barat. Sudah terlalu banyak tontonan yang kurang mendidik untuk para remaja. Kalaupun ada yang mendidik, itupun hanya segelintir saja ataupun hanya garis besar isi cerita yang bagus, namun disayangkan setiap scene masih belum menampilkan unsur pendidikan. Ditambah lagi acara reality show yang terkadang hanya menampilkan obrolan gossip semata. Malah terkadang perbincangan tersebut kian lama mengarah kepada perilaku bullying.
            Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, menjelaskan bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berprilaku baik dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk.
            Jika tontonan seperti ini dibiarkan terus menerus, bagaimana nasib bangsa ini? Perlahan tapi pasti moral generasi saat ini akan rusak. Tata krama budaya timur luntur tergerus hal negative yang masuk ke dalam bayangan remaja sehari-hari. Mungkin para remaja berpikir bahwa itu adalah trend, tetapi sesungguhnya trend tersebut diam-diam merusak remaja tersebut. namun akankah hal ini dibiarkan terus menerus? Sudah saatnya kita merubah tontonan yang tidak mendidik menjadi tontonan yang layak dan mengandung pesan moral serta unsur pendidikan.


Mari hijaukan bumi
Oleh: Ine Dwi

            Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata bumi? Begitu mendengar bumi yang ada di pikiran adalah salah satu planet dalam tata surya yang cocok sebagai tempat tinggal makhluk hidup. Di antara planet-planet lain dalam tata surya memang bumi yang memiliki suhu udara yang bisa ditinggali.
                Bumi merupakan salah satu planet yang dapat ditinggali makhluk hidup karena terdapat oksigen. Manusia dan hewan membutuhkan oksigen untuk bernapas, sedangkan oksigen sendiri dihasilkan oleh makhluk hidup berupa tumbuhan. Manusia dan hewan bernapas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, sementara tumbuhan sebaliknya yaitu bernapas dengan karbondioksida dan mengeluarkan oksigen (pagi hari) yang sangat dibutuhkan manusia dan hewan.
            Bumi sebagai planet yang sangat besar dan luas terbagi menjadi daratan dan lautan. Daratan di dunia ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang tersebar di berbagai Negara.
            Dari data FAO dalam Global Forest Resource Assesment 2010, bahwa pada tahun 1990 luas hutan di dunia adalah seluas 4.168.399.000 ha, sedangkan pada tahun 2010 menjadi 4.033.060.000 ha. Di Indonesia contohnya, sebuah artikel menyebutkan bahwa luas hutan Indonesia dalam 50 tahun terakhir berkurang sekitar 64 juta hektar. Sementara itu, artikel yang ditulis katadata tercatat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta baru mencapai 3.131 atau hanya berjumlah 9,98% dari total luas wilayah dan angka tersebut masih jauh dari 30% yang seharusnya dimiliki oleh DKI Jakarta.
            Dari tahun ke tahun terlihat jelas bahwa dunia saat ini kekurangan lahan hijau. Hutan semakin rusak dan lahan terbuka hijau belum memadai, masih kurang dari angka yang ditetapkan. Kemana hutan kita? Hutan di dunia hanya tinggal separuh saja. Padahal dampak buruk sedang menghantui kita semua. Tumbuhan jelas berfungsi mengeluarkan oksigen yang dapat dihirup manusia dan hewan untuk hidup. Lalu jika kian hari jumlah tumbuhan terus berkurang apa yang terjadi? Ditambah lagi pencemaran udara yang terjadi saat ini. Kualitas udara semakin buruk. Polusi terasa jelas di dunia. Global Warming semakin nyata.
            Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka kelangsungan hidup generasi penerus menjadi taruhannya. Mengingat dampak yang sangat mengkhawatirkan, sudah saatnya kita semua menghijaukan kembali bumi. Menanam pohon di halaman rumah dapat mengurangi pencemaran udara yang terjadi. Sekecil apapun yang kita lakukan, setidaknya sudah menekan angka polusi udara dan menutup kemungkinan terjadinya pemanasan global. Mari hijaukan kembali bumi untuk generasi di masa mendatang.